Rabu, April 24, 2024
BerandaIndexSeni & BudayaPra Ekskavasi, BPCB Jatim Akan Mengupas Dinding Talud Situs Kumitir Mojokerto

Pra Ekskavasi, BPCB Jatim Akan Mengupas Dinding Talud Situs Kumitir Mojokerto

MOJOKERTO, Xtimenews.com – Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Jawa Timur melakukan pra ekskavasi (penggalian) lanjutan terhadap Situs Kumitir, di Dusun Bendo Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Mojokerto.

Untuk ekskavasi, akan dilakukan pada bulan Agustus 2020. Karena, sebarannya bukan hanya pada bagian yang sudah terlihat saja, akan tetapi tersebar ke area persawahan warga, kata Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho, Rabu (01/7/2020).

Pra ekskavasi ini dilakukan selama tiga hari sejak hari Senin (29/6) kemarin. Tujuannya untuk mengambil lubang uji di beberapa titik untuk membuktikan hipotesis dari rekonstruksi dinding talud situs kumitir yang diduga berbentuk persegi empat ukuran 400 X 400 meter.

“Hasilnya kali ini kita menemukan lebih rijit lagi angkanya membuktikan bahwa memang dinding talud situs kumitir ini berbentuk persegi empat dengan keluasan 312,3 X 193,6 meter,” ungkapnya.

Selain itu level ketinggian tanah posisi dari struktur bata lebih rendah di sebelah barat dan lebih tinggi di sebelah timur, ada selisih kurang lebih 1,5 meter sampai 2 meter.

“Dalam arti tembok sisi barat itu lebih rendah dibandingkan dengan tembok sisi timur hasil penggalian tahun 2019. Pada sisi timur 48 meter Mdpl dan sisi barat 46 Mdpl sehingga ada selisih kurang lebih 2 meter yang secara detail akan dihitung ulang dan kemungkinannya besok kita baru mendapat hasilnya,” bebenya.

Menurut Wicaksono, pra ekskavasi kali ini memperkuat hipotesis bahwa dalam satu lingkup kompleks yang dibatasi oleh dinding kelilingi di situs kumitir ini memiliki bangunan berbentuk trap, bagian barat lebih rendah bagian timur lebih tinggi.

Pada sisi timur bulan Maret 2020 sudah ditemukan pipi tangga candi dan batu-batu candi yang kuat dugaan bahwa di area makam itu merupakan bangunan candi utama.

“Sementara di sisi barat, itu merupakan tempat masuknya pengunjung sebelum menuju ke area sakral yang letaknya lebih tinggi,” tutunya.

Ia menegaskan, target ekskavasi pada bulan Agustus 2020 nanti, BPCB Trowulan akan memunculkan talud yang mengelilingi situs kumitir. Selain itu juga akan mengupas area makam kumitir untuk mengetahui jejak dari pondasi candi.

“Harapannya pada ekskavasi nanti kita menemukan batas-batas di situs kumitir yang dibuktikan dengan jalur dari dinding keliling baik sisi barat dan sisi timur, utara dan selatan guna menentukan kebijakan pelestariannya juga untuk area konservasi yang ada di dalam dinding keliling tersebut,” tegasnya.

Selain itu pihaknya juga mendapatkan laporan adanya struktur-struktur diluar dari dinding talud situs kumitir. Namun temuan itu tidak dikerjakan pada tahun 2020.

“Kita masih terfokus mencari batas dari dinding talud situs kumitir, kemudian juga fokus di dalam area dinding. Tentunya nanti kita juga akan membuka beberapa struktur-struktur bata di luar dinding talud situs kumitir,” tandas Wicaksono.

Situs Kumitir telah terjadi sejak masa Kerajaan Singhasari dan Majapahit. Perkiraan ini berdasarkan temuan struktur bata yang merupakan talud atau dinding penahan tanah. Bagian ini sementara memiliki bentangan panjang dari utara ke selatan sekitar 200 meter.

Tim BPCB Trowulan memperkirakan bentangan dinding di Situs Kumitir berpotensi mencapai 400 meter. Bila diasumsikan bentuk talud adalah persegi, maka dimungkinkan keluasan Situs Kumitir diperkirakan berukuran 400 meter x 400 meter.

Selain itu, BPCB Trowulan juga menemukan hal lain di dalam bentangan talud atau sisi barat. Temuan tersebut berupa bebatuan persegi penyusun candi. Pihaknya juga menemukan antefik berbahan batu andesit.

Tafsir keberadaan Situs Kumitir dapat dilihat Kitab Nagarakrtagama, Pararaton dan Kidung Wargasari. Kitab-kitab tersebut menyebutkan adanya tempat pendharmaan dari Mahisa Cempaka atau Narasinghamurti di Kumitir atau Kumeper.

Mahisa Cempaka merupakan anak dari Mahisa Wong Teleng. Wong Teleng sendiri adalah putra Ken Arok dan Ken Dedes dari Kerajaan Singhasari. Mahisa cempaka juga merupakan kakek dari Raden Wijaya dan/atau kakek Canggah dari Hayam Wuruk.

Reporter : Deni Lukmantara/gan

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments