Kamis, April 25, 2024
BerandaIndexSeni & BudayaTalud Sisi Barat Situs Kumitir Mojokerto Ditemukan

Talud Sisi Barat Situs Kumitir Mojokerto Ditemukan

MOJOKERTO, Xtimenews.com – Dinding penguat tanah atau talud sisi barat situs Kumitir di Kabupaten Mojokerto berhasil ditemukan. Temuan baru ini membuat perkiraan luas situs tempat pendarmaan Raja Singasari itu berkurang dari 16 hektare menjadi sekitar 10 hektare.

Struktur talud yang baru ditemukan masih berada di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo. Tepatnya di area persawahan yang dimanfaatkan warga untuk mencari pasir dan berkebun tebu. Struktur yang nampak baru sepanjang 10 meter membentang dari selatan ke utara.

Bangunan kuno ini tersusun dari bata merah yang masing-masing berdimensi 32 x 18 x 6 cm. Tinggi struktur yang nampak 80-90 cm. Sebagian besar talud kuno ini masih terkubur di oleh tanah.

“Ini temuan baru di situs Kumitir. Kali ini kami menemukan struktur bata di sisi barat dari struktur talud yang ditemukan tahun 2019,” kata Arkeokog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim Wicaksono Dwi Nugroho di lokasi penemuan talud sisi barat situs Kumitir, Kamis (18/6/2020).

Talud barat situs Kumitir ini berjarak sekitar 400 meter di sebelah barat talud timur yang ditemukan di lahan pembuatan bata merah Dusun Bendo, Desa Kumitir tahun lalu. Ekskavasi oleh BPCB Jatim pada 21-30 Oktober 2019 berhasil menampakkan tembok penguat tanah kuno sepanjang 197 meter. Ketebalan struktur mencapai 140 cm. Sementara tinggi bangunan yang berhasil digali sekitar 120 cm.

Struktur yang baru ditemukan diyakini menjadi talud sisi barat situs Kumitir karena mempunyai beberapa kesamaan dengan talud timur yang sudah diekskavasi. Yaitu dinding purba itu tersusun dari bata merah yang sama. Selain itu, bata merah pada sisi dalam talud disusun secara acak.

“Kami sudah mendapatkan orientasi. Struktur sisi barat ini ternyata mempunyai orientasi yang sama dengan talud di sisi timur. Dinding sisi selatan ternyata membentuk sudut juga dengan talud timur. Bukti-bukti ini cukup mendukung adanya dinding keliling berbentuk persegi panjang yang mengelilingi situs Kumitir. Untuk pastinya harus kami singkap semua,” terang Wicaksono.

Sementara talud sisi selatan ditemukan penggali pasir di sawah milik Miskan di Dusun Bendo, Desa Kumitir pada Rabu (13/5). Struktur talud kuno ini baru nampak sebagian. Yaitu sepanjang 15 meter membentang dari timur ke barat. Tingginya sekitar 84 cm. Sebagian besar struktur masih terkubur di dalam tanah.

Penemuan tembok penguat tanah sisi timur, selatan dan barat semakin menguatkan hipotesis para arkeolog bahwa situs Kumitir dikelilingi oleh talud. Sejauh ini, tinggal talud sisi utara yang belum ditemukan. Karena persawahan yang diperkirakan menjadi tempat talud sisi utara sebagian besar belum pernah digali untuk membuat bata merah maupun tambang pasir.

“Kami belum temukan bentangan dinding di sisi utara. Karena tanahnya masih tinggi. Kami berharap menemukannya saat ekskavasi,” ujar Wicaksono.

Penemuan talud sisi timur, barat dan selatan setidaknya mengubah pandangan para arkeolog terhadap luasan situs Kumitir. Sebelumnya, situs purbakala ini diperkirakan dikelilingi talud berbentuk persegi. Setiap sisinya sepanjang 400 meter. Sehingga luas situs Kumitir ditaksir mencapai 16 hektare.

“Panjang talud timur sekitar 250 meter. Jarak timur ke barat sekitar 400 meter. Sehingga luasannya sekitar 10 hektare, tapi datanya masih kami olah,” jelas Wicaksono.

Para arkeolog meyakini talud kuno di situs Kumitir mengelilingi bangunan suci berupa candi. Fungsi candi tersebut untuk mendarmakan raja Singasari pada masa lampau. Berdasarkan naskah Negarakertagama dan Pararaton, Raja Mahesa Cempaka yang wafat 1268 masehi didarmakan di Kumeper bersama Wisnu Wardhana. Keduanya merupakan penguasa Singosari. Nama Kumeper diyakini menjadi Kumitir pada masa modern.

Candi tersebut dibangun 12 tahun setelah wafatnya Raja Mahesa Cempaka. Yaitu tahun 1280 masehi. Saat itu Singasari dipimpin Raja Kertanegara. Hingga pada masa Majapahit, candi di situs Kumitir menjadi ujung timur kota raja. Bangunan suci itu juga diperkirakan pernah diperbaiki pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Sehingga candi tetap difungsikan pada zaman Majapahit.

Mahesa Cempaka merupakan putra Ken Arok dan Ken Dedes. Dia juga kakek dari Raden Wijaya, raja pertama Majapahit. Sedangkan Wisnu Wardhana putra Tunggul Ametung dan Ken Dedes. Semasa hidupnya, Mahesa Cempaka dan Wisnu Wardhana menjadi Raja Singasari secara bersama-sama. Kedua raja ini menjadi ahli waris karena sama-sama menjadi keturunan Ken Dedes dari ayah yang berbeda.

Hipotesis adanya candi tempat pendarmaan dua raja Singasari juga diperkuat dengan penemuan sejumlah batu komponen candi di pemakaman umum Dusun Bendo. Yakni berupa 2 batu pipi tangga candi dengan dimensi masing-masing 130x100x100 cm, batu antefiks sebagai hiasan atas candi, serta balok batu yang menjadi komponen badan dan kaki candi.

Batu pipi tangga candi ditemukan tepat di sebelah barat dan timur makam umum Dusun Bendo. Oleh sebab itu, candi di situs Kumitir ini diperkirakan mengadap ke barat. Candi yang menghadap ke barat pada masa kerajaan Hindu berfungsi sebagai tempat pendarmaan raja. Sementara candi untuk pemujaan atau sembahyang pada umumnya menghadap ke timur.

Candi suci tersebut dibangun dengan memadukan bahan batu andesit dan bata merah. Bata merah digunakan pada konstruksi bagian tengah candi. Sedangkan bagian kelilingnya menggunakan batu andesit. Struktur candi runtuh diduga akibat gempa bumi dan banjir lahar dingin.

Pecahan keramik yang ditemukan dalam proses ekskavasi talud timur tahun lalu dan di sekitar makam Dusun Bendo juga menjadi petunjuk waktu berdirinya bangunan suci di situs Kumitir. Pecahan keramik yang ditemukan dari 3 dinasti kerajaan China. Mulai dari keramik Dinasti Song dari abad 11-12 masehi, Dinasti Yuan abad 12-14 masehi, serta Dinasti Ming abad 15-17 masehi.

“Hasil pemetaan kami, lokasi candi utama di makam Dusun Bendo. Jaraknya sekitar 100 meter dari talud timur. Talud barat yang jaraknya sekitar 300 meter dari makam menguatkan dugaan kami bahwa pintu masuk ke kompleks percandian ini di sisi barat. Karena setelah pintu masuk ada halaman profan, baru halaman sakral yang di dalamnya ada candi,” tandas Wicaksono.(den/gan)

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments