Rabu, April 24, 2024
BerandaIndexHeadlineBerberapa Kasus Positif Corona di Mojokerto, Tergolong Tak Lazim

Berberapa Kasus Positif Corona di Mojokerto, Tergolong Tak Lazim

MOJOKERTO, Xtimenews.com – Dua kasus positif COVID-19 di Mojokerto tergolong tidak lazim. Hal itu bisa dilihat dari, hasil rapid test kedua pasien terkonfirmasi nonreaktif atau negatif. Pada saat ini rapid test masih menjadi andalan untuk deteksi awal penderita Corona.

Virus Corona justru baru terdeteksi menginfeksi tubuh mereka melalui tes swab.

Dari beberapa kasus Corona di Mojokerto, pertama kasus yang tergolong tidak lazim dialami pria berusia 50 tahun asal Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto. Dia mempunyai riwayat perjalanan pulang dari zona merah Jakarta bersama istrinya pada Rabu (18/3). Tak lama tinggal di rumah, pasangan suami istri (pasutri) itu menderita demam dan sakit tenggorokan.

Petugas medis dari Puskesmas Jetis baru melakukan rapid test terhadap pasangan ini pada Selasa (14/4). Hasilnya, kedua pasien pun tak sama, sang suami dinyatakan nonreaktif atau negatif. Sedangkan istrinya berusia 48 tahun reaktif atau positif.

Kendati hasil rapid testnya nonreaktif, pria 50 tahun itu diminta menjalani tes swab di RSUD Prof Dr Soekandar di Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Rabu (15/4). Karena hasil rapid test istrinya reaktif.

Hasil tes swab pasutri ini baru keluar Jumat (24/4). Keduanya dinyatakan positif COVID-19. Dengan begitu, si suami baru diketahui terinfeksi virus Corona setelah menjalani tes swab. Rapid test yang menjadi upaya deteksi awal justru menunjukkan hasil berbeda.

Kasus tak lazim serupa juga dialami Ketua Tim Tracing Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Mojokerto dr Langit Kresna Janitra. Dia menjalani rapid test setelah pulang dari pelatihan tenaga kesehatan haji Indonesia (TKHI) di asrama haji Sukolilo, Surabaya pada 9-18 Maret lalu.

Hasil rapid test pertama itu ternyata nonreaktif atau negatif. Meskipun demikian, dr Langit tetap menjalani karantina mandiri selama 14 hari. Selanjutnya pria yang menjabat Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto ini menjalani rapid test kedua. Hasilnya kembali nonreaktif.

Virus Corona terdeteksi telah menginfeksi tubuh dr Langit melalui tes swab yang hasilnya keluar Rabu (6/5). Tes tersebut dia jalani gara-gara Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto dr Sujatmiko dinyatakan positif COVID-19 satu hari sebelumnya.

Saat itu, dr Langit diminta menjalani tes swab karena dinilai pernah melakukan kontak erat dengan dr Sujatmiko. Jika tidak, dia tidak akan pernah terdeteksi terjangkit virus Corona.

Humas Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Mojokerto itu tak sekalipun mengalami gejala klinis sejak pulang dari pelatihan TKHI di Surabaya sampai hari ini.

“Sampai hari ini saya tidak pernah sakit, saya positif tanpa gejala,” ujar dr Langit, Jumat (8/5/2020).

Yang terjadi pada pria 50 tahun asal Jetis dan dr Langit berbeda dengan pasien positif Corona lainnya di Mojokerto. Pasien lainnya terdeteksi positif Corona sejak awal melalui hasil rapid test yang reaktif. Baru kemudian dipertegas dengan tes swab yang positif COVID-19.

Salah satu contohnya Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto dr Sujatmiko. Berawal dari iseng belaka, dia melakukan rapid test pada Selasa (14/4). Ternyata hasilnya reaktif. Oleh sebab itu, dia menjalani tes swab hari itu juga. Hasilnya baru keluar Jumat (24/4), dia dinyatakan positif Corona.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto dr Ulum Rokhmawan menjelaskan, ada banyak faktor yang menyebabkan suami asal Kecamatan Jetis positif Corona tak terdeteksi melalui rapid test.

Namun yang paling utama terkait kondisi antibodi pada tubuh pria 50 tahun tersebut. Menurut dua, rapid test mendeteksi antibodi yang muncul saat melawan virus Corona.

“Mungkin saat rapid test antibodinya belum berjalan, atau sudah hilang, atau bahkan tak ada antibodi, misalnya efek minum obat tertentu yang membuat imunnya turun,” jelasnya.

Oleh sebab itu, lanjut dr Ulum, rapid test bukan satu-satunya cara yang digunakan untuk mendiagnosa pasien COVID-19 di Mojokerto. Setiap orang yang dicurigai terjangkit virus Corona bakal diperiksa riwayat perjalanannya, gejala klinisnya, pemeriksaan laboratorium dan radiologi, serta rapid test.

“Rapid test memang untuk screening awal, tapi bukan satu-satunya cara untuk deteksi awal. Kami mempunyai konstruksi diagnosa,” terangnya.

Konstruksi diagnosa tersebut, tambah dr Ulum, juga diterapkan terhadap orang tanpa gejala seperti dr Langit. Meski dua kali rapid test nonreaktif, dr Langit diminta menjalani tes swab karena mempunyai riwayat dari klaster TKHI, serta pernah kontak erat dengan Kepala Dinkes Kabupaten Mojokerto dr Sujatmiko yang positif COVID-19.

“OTG itu kalau tidak mempunyai riwayat ya kami singkirkan. Kalau punya riwayat ya kami pantau,” pungkasnya.(den/gan)

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments